Fun To Victory
Sampai pekan ini, jumlah korban meninggal dunia akibat
konflik yang terjadi di Mesir mencapai 480 orang, lalu 8.000 orang
luka-luka dan 1.500 ditangkap militer Mesir.Musim Semi
Arab (Arab Spring) di Mesir telah berubah menjadi musim pembantaian para
demonstran dan warga Mesir sendiri. Demokrasi telah dihancurkan oleh
kekerasan militer yang biadab. Sampai kapan?
Kubu militer Mesir
telah membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa tak berdosa. Tak hanya itu
mereka juga menutup sembilan channel TV agar aksi keji militer Mesir tak
diekspos. Ironis memang, di bulan suci Ramadan ini tak sedikit pun hati
militer Mesir terketuk.
Lalu, mau sampai kapan dunia membisu
menyaksikan tragedi Mesir itu? Lalu, benarkah negara Mesir itu beradab
dan paling maju di Timur Tengah? Terbukti itu hanya mitos sebab
kekerasan terbukti menjadi budaya kekuasaan di negeri itu.
Sebagai
badan dunia, PBB mustinya bersikap tegas dan mengambil tindakan agar
kejahatan terhadap kemanusiaan di Mesir segera dihentikan. Dalam hal
ini, Presiden SBY dan pemerintah Indonesia harusnya dengan lantang
mengecam aksi pembantaian karena secara historis Indonesia berutang pada
rakyat Mesir yang pernah merangkul kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945.
Bagaimanapun, pengambilalihan kekuasaan dengan
menggunakan aksi militer sebagaimana yang terjadi di Mesir harus
dihindari dan diakhiri, apalagi sampai jatuh korban jiwa. Mempertahankan
kekuasaan dengan menggunakan cara-cara kekerasan juga bukan
penyelesaikan yang beradab.
Masyarakat Mesir harus didorong untuk
mau dan mampu menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah antarmereka di
meja perundingan secara damai.
Pemerintah Indonesia sebagai sesama
negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan memiliki sejarah
panjang dalam berhubungan dengan Mesir haruslah proaktif menawarkan diri
menjadi pihak yang bisa memediasi terwujudnya rekonsiliasi di antara
para pihak dalam pemerintahan Mesir.
Indonesia punya tanggungjawab
besar untuk tetap menjaga dan memelihara perdamaian di Mesir sebagai
negara dengan kekayaan budaya dan peradaban masa lalu yang amat panjang,
yang telah berkontribusi bagi kemajuan peradaban dunia masa kini dan
mendatang. Mesir tak boleh dibiarkan berada dalam proses memasuki perang
saudara yang tak hanya akan amat menyusahkan masyarakatnya, tetapi juga
merugikan warga dunia.
Ada kekhawatiran, selama penguasa militer
Mesir tidak mau mengakhiri kudeta dan mengembalikan kekuasaan kepada
Presiden Mohamad Morsi yang jelas sah secara konstitusi, pergolakan di
Mesir tidak mereda.
Sekali lagi, tragedi kemanusiaan dan
pembantaian oleh militer Mesir terhadap warganya sudah berlangsung
berhari-hari. Sampai kapan Presiden SBY dan dunia internasional diam dan
membisu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar