Fun To Victory
Kairo – Kudeta militer di Mesir terhadap presiden Mohamed
Morsi telah memunculkan tokoh baru yang dianggap berjasa bagi negara.
Tentu saja itu bagi sebagian kalangan karena bagi kalangan lainnya tokoh
itu dicap sebaliknya, sebagai pengkhianat.CNN,
belum lama ini, mewawancarai warga untuk mengetahui siapa tokoh panutan
mereka setelah Presiden Mohamed Morsi terguling. Nama yang muncul
adalah jenderal Abdul Fattah al-Sisi, Panglima Angkatan Bersenjata
Mesir.
Ia dianggap berjasa karena berhasil menggulingkan Mohamed
Morsi, presiden yang terpilih secara demokratis. Ia juga dianggap
sebagai pahlawan karena mengembalikan militer Mesir ke kancah politik.
Di era Morsi, militer tersisihkan dari arena politik yang mengusung
supremasi sipil.
“Dia adalah pahlawan,” ujar Mohamed, salah seorang warga Kairo.
“Dia adalah orang yang patut jadi panutan,” kata Hasan, seorang pemilik toko.
Jenderal
al-Sisi adalah orang yang mengumumkan kudeta terhadap Morsi sekaligus
memuaskan keinginan sebagian rakyat Mesir untuk menyingkirkan Morsi.
Namun
di kalangan pendukung Morsi, ia dicap pengkhianat karena menggulingkan
presiden yang terpilih secara demokratis. Ia juga merupakan orang di
balik dukungan militer untuk membubarkan massa pendukung Morsi yang
turun ke jalan.
Rakyat Mesir agaknya mudah melupakan masa lalu.
Sebab, al-Sisi sebelumnya dikecam karena bertindak brutal terhadap
rakyatnya sendiri. Ia juga memerintahkan militer dalam aksi pembubaran
aksi damai yang berujung tewasnya ratusan orang belum lama ini.
Jendeal
al-Sisi bahkan sebelumnya pernah dikecam karena bertindak brutal
terhadap massa pada 2011 ketika massa turun ke jalan menuntut mundurnya
Presiden Hosni Mubarak. Ia dianggap bertanggung jawab terhadap tindakan
pemukulan, pembunuhan, dan pengakapan warga tak berdosa.
Jenderal
al-Sisi kini menentang Ikhwanul Muslimin yang merupakan pendukung Morsi.
Padahal, sebelumnya al-Sisi dituding sebagai pendukung Ikhwanul
Muslimin dan mempunyai hubungan dekat dengan pemimpinnya. Apalagi,
istrinya bercadar seperti kebanyakan perempuan Ikhwanul Muslimin.
Sebagian
rakyat Mesir senang akan kemunculan militer ini dan bersedia melupakan
masa lalu. Namun di kalangan prodemokrasi, kondisi seperti ini patut
dikhawatirkan. Menurut analis politik, Sarah Eltantawi kondisi ini akan
memberi legitimasi kepada militer untuk berkuasa kembali dan mendorong
munculnya diktator baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar