Senin, 29 Juli 2013

Para Jompo Beberkan Borok Pemerintah Australia

Fun To Victory


Canberra- Australia adalah negeri makmur, demokratis yang memperlakukan warga negaranya dengan sangat arif dan bijaksana. Benarkah demikian?Tentu saja itu adalah gambaran samar. Sebab, jika melihat jauh lebih ke dalam, negeri itu terbilang memalukan. Misalnya, dalam hal perawatan warga negara yang sudah jompo. Ternyata, para jompo di negeri Kanguru itu merasa diperlakukan sangat buruk, bahkan jauh lebih buruk dibandingkan masa perang.
Setidaknya, sebagaimana diberitakan ABC, keburukan itu diungkapkan oleh Ketua Alzheimer Australia, Itta Buttrose yang mengancam akan membeberkan perilaku buruk pemerintah terhadap kaum jompo, terutama jompo yang sudah pikun atau penderita demensia.
Menurut Buttrose—yang merupakan penyandang predikat Australian of the Year 2013—pemerintah Australia selama ini menelantarkan panti jompo. Itu juga terlihat dari tayangan program Lateline, sebuah acara analisis berita, yang ditayangkan stasiun televisi ABC. Terungkap, kasus semena-mena petugas di rumah jompo Australia.

Sejumlah kerabat dari penghuni panti jompo mengatakan, orang-orang tua di panti jompo didiamkan saja setelah buang air besar atau ngompol. Mereka juga diperlakukan dengan kasar, tidak diberi makan cukup, dan ditelantarkan oleh pekerja yang tidak mendapat pelatihan memadai.

Seorang perempuan mengatakan, neneknya yang pernah ditahan di kamp konsentrasi Nazi, menganggap pengalamannya di panti jompo lebih buruk dari pada pengalamannya di masa perang.

Buttrose mengatakan sudah terlalu sering mendengar cerita tentang penelantaran penghuni rumah jompo. Ia memutuskan akan menyiarkannya secara luas kalau pemerintah tidak melakukan apa-apa.

"Saya akan memohon konsumen untuk menulis kepada kami mengenai pengalaman perawatan yang tidak memadai," katanya. "Kalau terpaksa harus mempermalukan pemerintah supaya mau bertindak, maka itu akan segera kami lakukan," tegasnya.

Menurut Buttrose, tidak ada partai politik yang menyampaikan rencana program partainya untuk mengatasi masalah ini. "Kita tahu bahwa jumlah penderita demensia akan meningkat. Kita memerlukan pemimpin yang mempunyai visi untuk menanggulangi masalah demensia. Saya menyerukan kedua kubu politik untuk memberikan respons," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar