Fun To Victory
Jakarta - Di berbagai media sosial, reaksi bermunculan atas
penangkapan polisi terhadap Wildan Yani S (22), hacker atau peretas
situs resmi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, www.presidensby.info.
Sebagian reaksi itu menyerukan agar pemerintah mengarahkan,
mendayagunakan, mengelola dan menyalurkan bakat Wildan Yani karena
kecerdasannya.Di Rusia dan Perancis, anak-anak muda dan
remaja yang punya kecerdasaan dalam bidang IT, langsung diarahkan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Memenjarakan Wildan semata
tidaklah bijaksana, namun bagaimana mengarahkan dan membimbingnya
menjadi insan teknologi yang berguna bagi bangsa dan negara adalah jauh
lebih penting dan mulia.
Anak-anak muda seperti Wildan bukanlah
musuh negara, melainkan pelaku keisengan karena coba-coba. Polisi harus
bijak dan perlu mengarahkan, mengelola dan mendayagunakan keahliannya
untuk kepentingan pemerintah dan negara.
Wildan merupakan lulusan
sekolah teknik menengah (STM) jurusan teknik sipil. Tanpa latar belakang
ilmu teknologi informasi ataupun sejenisnya, Wildan belajar meretas
situs secara otodidak atau belajar sendiri.
"Dia belajar komputer
secara otodidak. Dia alumnus atau tamatan STM pembangunan sipil," kata
Direktur Tindak Pidana Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal (Pol)
Arief Sulistyo.
Wildan ditangkap di tempat kerjanya di daerah
Jember, Jawa Timur, Jumat (25/1/2013) lalu. Wildan bekerja sebagai
administrator di CV Surya Infotama yang memiliki usaha warung
telekomunikasi (wartel) sekaligus warung internet. "CV ini mempunyai
usaha di bidang warung telekomunikasi, kemudian jual sparepart komputer
dan software. Dia bekerja sebagai admin," terang Arief.
Saat ini,
Wildan masih berada di Gedung Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri,
Jakarta Selatan. Dari hasil pemeriksaan sementara, ia mengaku hanya
iseng meretas situs Presiden SBY. Arief menjelaskan, Wildan mengganti
tampilan asli pada halaman depan situs Presiden.
Saat diretas,
laman tersebut menampilkan latar belakang hitam dengan tulisan warna
hijau di bagian atas "Hacked by MJL007", sementara di bawahnya tertera
sebuah logo dan tulisan "Jemberhacker Team" berwarna putih. Hal itu juga
dilakukannya pada situs lain, seperti www.jatireja.network dan
www.polresgunungkidul.com.
Penangkapan terhadap Wildan dilakukan
melalui investigasi online terhadap situs www.jatireja.network yang
merupakan internet service provider (ISP). "Ini (www.jatireja.network)
adalah internet service provider. Dari hasil online investigation, kami
dapatkan identitas dengan rangkaian yang panjang atau IP address-nya,
dan posisinya di Jember. Posisi itu adalah warnet sehingga saat online
langsung kita lakukan penangkapan," papar Arief Sulistyo.
Atas
penangkapan itu, polisi menyita dua unit CPU di Jember. Sebanyak lima
orang saksi yang juga pengelola situs telah diperiksa. Wildan pun saat
ini masih menjalani pemeriksaan di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta
Selatan. Ia terancam Pasal 22 huruf B Undang-Undang 36/1999 tentang
Telekomunikasi dan Pasal 30 ayat 1, ayat 2, dan atau ayat 3, jo Pasal 32
ayat 1 UU No 11/2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik (ITE).
Penangkapan
Wildan memicu reaksi dari kelompok peretas internasional terkemuka,
Anonymous. Mereka pun menyatakan "perang" terhadap Pemerintah Republik
Indonesia dengan menumbangkan situs-situs berdomain ".go.id". Satu per
satu situs-situs pemerintah diretas dengan target utama kembali
melumpuhkan situs Presiden SBY.
Sejak Selasa malam sampai Rabu
dini hari, tak kurang dari tujuh domain telah dilumpuhkan dan sebagian
di-deface alias diganti tampilan berisi pesan peringatan. Situs-situs
yang sudah dilumpuhkan antara lain beberapa sub-domain di situs KPPU,
BPS, KBRI Tashkent, Kemenhuk dan HAM, Kemensos, dan Kemenparekraf,
bahkan Indonesia.go.id.
"Government of Indonesia, you cannot
arrest an idea NO ARMY CAN STOP US #Anonymous #OpFreeWildan #FreeAnon"
(Pemerintah Indonesia tidak dapat membelenggu sebuah pemikiran. Tidak
ada pasukan apa pun yang dapat menghentikan kami), demikian pernyataan
di akun Twitter kelompok peretas tersebut, Rabu.
Sekali lagi,
dalam menghadapi serangan internasional itu, Bareskrim Mabes Polri bisa
membimbing, mengarahkan dan mendayagunakan Wildan yang hanya lulusan STM
itu, untuk melakukan counter, penanggulangan dan tindakan lainnya yang
berguna bagi pemerintah dalam menjaga keamanan situs-situs dan
domain-domain yang ada.
Wildan tak layak dijadikan korban hanya
semata alasan sebagai hukuman. Wildan masih muda belia dan cerdas,
keahliannya bisa didayagunakan untuk bangsa dan negara. Mabes Polri
harus melangkah ke sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar