Senin, 23 September 2013

starup KARK

Fun To Victory

Daniel Simon, co founder KARK (Sumber gambar : e27)
Editor’s note : Sindu Prabowo adalah cofounder Kark (Kark.asia) yang merupakan salah satu lulusan Telkomsel Bootcamp dan JFDI Asia. Sindhu bersama Fajrin Rasyid (Suitmedia/Bukalapak) dan Aswin Utomo (AdaDiskon) berbagi sedikit pengalamannya terkait konsep Lean Startup.

KARK

Kebetulan kark kan ikutan jfdi bootcamp di Singapura, dan kita selama bootcamp di drill untuk menjalankan prinsip lean startup.
Minimum Viable Product (MVP), Continuous Development, Spill Testing, Actionable Metrics, dan Pivot adalah istilah-istilah penting yang kami temui setiap hari. Arti dari istilah tersebut bisa Anda temui di Google.
Jadi minggu-minggu awal fokus bikin MVP untuk bisa segera di test ke target market. Ini proses yang seru sekali karena semua asumsi lebih dipertajam karena testing langsung terhadap usernya. Feedback yang didapat luar biasa, insight yang sebelumnya tidak tampak, tak terduga kita dapat. Waktu itu kita ingat sekali bahwa MVP kark yang cuman dengan 4 kartu sederhana dan asumsi kita hanya mampu maksimal membuat anak bermain 15 menit sebelum bosan ternyata bisa lebih dari 1,5 jam bahkan harus kita berhentikan testing prosesnya.
Di bootcamp juga ada beberapa teman startup yang pivot bahkan sampai berkali-kali karena menyadari lebih awal ketika melakukan MVP test dan mendapat hasil bahwa ide mereka tidak akan berjalan seperti asumsi mereka, dan mereka tidak takut untuk pivot dan mencari sudut yang lebih tepat lagi.
Yang saya rasakan dari belajar proses lean adalah sekarang menjadi lebih terstruktur dalam memetakan sebuah proses produksi dari beberapa divisi pada saat bersamaan sehingga meningkatkan efisiensi dari seluruh tim.


Suitmedia / Bukalapak

Tahukah Anda bahwa berdasarkan riset HBR, dari 20 startup hanya 1 yang berhasil ? salah satu alasan utama kegagalannya adalah “premature scaling” beberapa kasusnya adalah :
  • Meng-hire tim besar terlalu cepat karena banyaknya rencana yang ingin dilakukan
  • High burning rate (terlalu boros) untuk bisnis model yang unproven
  • Mengalokasikan budget marketing besar untuk mendapat userbase besar tetapi ARPU-nya dipertanyakan (Average Revenue Per User).
Premature scaling menyebabkan kegagalan karena sifatnya yang boros dan di sisi lain membuat sebuah startup sulit untuk merubah konsep.
Startup yang sukses kebanyakan memiliki karakter : lean, profitable dan kadangkala merubah konsep.
Contohnya Detik.com, dimulai dari tahun 1998 sebagai web development company, tahun 1997 merubah konsep menjadi majalah, namun kolaps, tahun 1998 berubah menjadi online portal dengan dimulai hanya 3 orang reporter, pada tahun 2011, Detik memiliki 200 karyawan dengan revenue 100 miliar.
Kaskus dimulai dengan 3 orang di tahun 2000, hampir tidak ada biaya dari tahun 2000 s/d 2008, profitable sejak 2008, sekarang menjadi properti internet & komunitas terbesar di Indonesia.
Kami sendiri di Bukalapak memulai Hijup sejak bulan Ramadhan 2012, profitable sejak bulan pertama, memiliki ribuan loyal customers namun hanya memiliki 3 orang yang mengerjakan operationalnya.
Pelajaran yang kami dapat dalam hal ini adalah :
Be lean, always pursue profitability and never fear to pivot.


Aswin Utomo – AdaDiskon

Saya percaya konsep lean startup adalah tentang memaksimalkan efektivitas disamping mengurangi biaya dan effort yang tidak perlu. Mempertimbangkan industri teknologi di Indonesia sekarang, seorang founder saat berada di stage awal dari startupnya, baik dijalankan dengan biaya sendiri atau mendapatkan investasi, harus benar-benar menekan biaya yang muncul supaya mereka bisa survive selama 2-3 tahun beroperasi.
Lean startup juga berbicara tentang mengurangi effort yang tidak perlu, misalnya setelah me-launch startup, ada godaan untuk melakukan partnership dengan startup lainnya karena unsur “companionship”, walaupun effort tersebut memang menguntungkan ke-dua pihak, namun mayoritas hampir 99% tetap tidak bisa membawa startupnya menuju mainstream audience karena kedua startup ini memiliki audience yang kecil. Lebih baik fokus pada startupmu dan core produknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar